Saturday, June 18, 2011

Filem Kita..Wajah Kita..Siapa Kita?






Ramai dikalangan kita kaum muslimin yang bertanya-tanya tentang pandangan Islam terhadap menonton filem. Apakah orang Islam dibolehkan menonton ataukah diharamkannya?
Satu hal yang tidak diragukan lagi, bahwa filem adalah medium yang sangat sinonim ke arah satu bentuk hiburan. Kedudukannya sama dengan kedudukan alat-alat yang lain, dapat dipergunakan untuk maksud yang baik dan yang tidak baik. Oleh karena itu filem itu sendiri tidak apa-apa. Status hukumnya tergantung pada penggunaan dan niatnya.
Dengan demikian, filem adalah halal dan baik, bahkan kadang-kadang masuk sunnat dan diperlukan apabila dipenuhinya syarat-syarat sebagai berikut:
1. Bahawa subjek-subjeknya yang diketengahkan itu bersih dari kegila-gilaan, kefasikan dan semua hal yang dapat mensirnakan aqidah, syariat dan kesopanan Islam. Adapun semua pertunjukan yang dapat membangkitkan nafsu dan mencenderungkan orang kepada perbuatan dosa atau yang dapat membawa kepada perbuatan jenayah atau mengajak kepada fikiran-fikiran untuk berbuat serong, atau menjurus hukumnya adalah haram yang tidak halal bagi seorang muslim untuk menyaksikannya, atau mendukungnya.
2. Tidak melupakan kewajiban agama atau duniawi. Diantara kewajiban-kewajiban itu ialah sembahyang lima waktu. Oleh karena itu tidak halal seorang muslim meninggalkan sembahyang maghrib misalnya, karena akan pergi menonton filem di pawagam.
Firman Allah:
“Celakalah orang-orang yang sembahyang, yaitu mereka yang lalai terhadap sembahyangnya.” (al-Ma’un: 4-5) Sahun ditafsirkan dengan mengabaikan sembahyang sehingga habis waktunya. Dan al-Quran menjadikan sejumlah sebab diharamkannya arak dan judi ialah karena arak dan judi itu dapat menghalang berzikrullah dan sembahyang.
3. Jangan sampai terjadi persentuhan dan percampuran antara laki-laki dan perempuan lain, demi menjaga fitnah dan menolak syubahat. Lebih-lebih pertunjukan ini tidak dapat dilakukan, kecuali di tempat yang gelap. Sedang hadis Nabi mengatakan:
“Sungguh kepala salah seorang di antara kamu ditusuk dengan jarum dari besi, lebih baik baginya daripada menyentuh perempuan yang tidak halal baginya.” (Riwayat Baihaqi, Thabarani; dan rawi-rawinya adalah rawi-rawi Bukhari)


(Halal dan Haram dalam Islam Oleh Syekh Muhammad Yusuf Qardhawi)

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.